BOOMBOX MONGER
jika konsumen adalah raja
maka industri adalah Kasparov/
dan setiap vanguard lapangan tak lebih Lenin dari Ulyanov/
mencari poros molotov /
yang tak lebih busuk dari kritik kapitalisme George Soros /
senyawa dari nyawa kreator dan sendawa para insureksionis berkosmos /
ruang diluar buruh dan boss,
dan kertas Pemilu yang kau coblos /
dimana komrad ku mengganti logos
dan kamus dengan batu Sisifus /
memutus selang infus negara
dan institusi sampai mampus /
pada lahan bertendensi kooptasi Sony dan empty-V
dan para radio penyedot phallus /
fasis bertitah ‘harus’,
mengayunkan pedang pada sayap setiap Ikarus /
dengan hirarki dalam modus operandi layak Kopassus /
microphone bagi kami adalah pemisah kalam
dengan pembebasan yang mengkhianati /
milisi tanpa seragam koloni,
hiphop philantrophy seperti Upski /
resureksi boombox yang sama
pada Madison Park awal delapan puluhan /
membawa ribuan playlist
dari Chiapas,
Kosovo
dan Jalur Gaza /
Seattle
dan Praha,
Checnya,
Genoa,
Yerusalem,
Dili dan
Tripoli /
untuk api militansi aktivisme
yang meredup pasca molotov terakhir
terlempar di Semanggi /
obituari dari lini terdepan milisi
pada garis batas demarkasi /
jelaga resistansi lulabi penghitam langit
tanpa teritori /
logika tanpa kuasa perwakilan
yang layak dikremasi /
ketika senjata bermediasi,
ketika ekonomi dan valas
berubah sosok menjadi tirani /
jelajahi setiap kemungkinan
dengan kain kafan modernisasi /
prosa beraliansi dengan /
dekonstruksi surga-neraka rakitan,
militansi tanpa puritan /
Verbal Homicide,
Rock-Steady Bakunin,
MC Klandestin /
pada peta sirkuit boombox para B-boy
kami adalah Fretilin dalam kacamata Bakin /
Makhnovist yang melukis realisme sosialis
diatas kanvas Dada /
Post-Mortem Hip-Hop takkan pernah berkaca
bersama Fukuyama /
dialektika kami tanpa radio dan visualisasi anti-HBO /
tanpa agenda politik partai
yang membuat Mussolini membantai D’Annunzio /
juga korporasi multinasional
yang menjadikanmu lubang senggama /
kooptasi kultur tandingan yang berunding
dalam gedung parlemen Partai Komunis Cina /
yang mereproduksi Walter Benjamin
ke tangan setiap seniman Keynesian /
yang mensponsori festival insureksi
dengan molotov cap Proletarian® /
instruksi harian dalam mekanisme kontrol pergulatan
menuju amnesia /
lupakan Colombus,
karena Bush dan Nike® telah menemukan Amerika® /
inkuisisi mikrofonik dalam kuasa estetika /
yang merevolusikan pola konsumsi
menjadi intelektualisme organik seperti Gramsci /
ekonomi membuat kami mendefinisikan otonomi
pada mesin foto kopi /
rima anti-otoritarian memandikan bangkai Hiphop®
yang tak pernah kau otopsi /
membaca peta kekuasaan
seperti KRS-ONE dan MC Shan /
sambil meludahi modernitas
seperti Foucault diatas neraka Panopticon /
ketika Moralitas® telah berubah
menjadi candu seperti Marxisme® dan Agama® /
maka MC mengambil mikrofon
dan melahirkan tragedi dari puncak Valhalla /
karena Ardan® dan kalian
hanya akan melahirkan kombinasi busuk seperti Iwan /
dan Djody,
dikotomi antara Farakhan, Amrozy, dan Nazi /
bongkar paksa setiap parodi labirin eforia sensasional Harry Roesli /
B-boy semiotika artifak simultan
antara ekstasi dan revolusi /
setiap properti privat adalah galeri
dan merubah eksistensi /
menjadi pertahanan paling ofensif para Darwinis
yang menolak menjadi partisan /
ALTAR RUINS
the medium cuddles ya with the imperial massage /
mirror imaged a serious-head-concussioned god in the daily mirage /
an extra-large style on top of triple-barrage /
red coated fat-ass fillin’ chimneys with fudge /
forget the grudge /
got proletariat ambushed by television and booze /
remain seated with a pedestrian chant about enjoying the boat cruise /
9 to 5 lifestyle accustomized no customers curfew /
commercial laughter stashed behind the scheme of a murderous issue /
Smithian legacy addressed me as the 21st century’s heresy /
switchin’ frequency at mono for maximum density air superiority /
bullshitin’ off that Thatcherism,
got institution evokin’ pysician /
to bought-up techno-capital technicians /
them devious-hearted will beat ya with a backward journey to the future /
givin the reality a permanent neck-bite,
providing a static legal adjustment /
bumrushin’ Picassos for winter house improvement /
like gasoline-cocktailin’ cop station
as a weekend entertainment /
MC’s strive for precision,
but still caught-up within /
24-7 latest version of billboards encirclement /
a misleading paramount, praise the fuckin’ sermon /
disciples of god re-write revelations with abundance of testosterone /
even when McDonalds® restaurant
occupies the lines of your Holy Quran /
muthafucka still lack of skill in readin’ between the lines /
I Downset my tools to speak no dead language /
skilled to pay no altar bill,
I rock more party than communist Mao doin’ damage /
I mosh ideas to the most lethal pit, /
godspeed Hamlets who rockin with the black acid /
snake spit venom at god and snitch /
slit the throat of a king,
i bleed my sickest blood /
yer gutz rot and roll on white sheet /
found guilty, passing guillotine /
massive damage on masses /
split the classes of dumb,
deaf and blind elephants /
makes illogic relevant
to tha last caveman
to hit the pavement /
with eye-con,
clandestine on basement /
tounge-twistin the filthy,
silly-slap tha poverty of your philoshophy /
necronometry,
bodycount your fuckin purity /
discordance axis of praxis holocaust /
revolt without a pause /
lets make sure them fascist maggots pay the cost /
the lost Necropolis projectiles,
ruined altars, rotten carcass /
the morbid flow on the higher Maracas /
with the abandoned trusts plus abundance of lust /
I.M.F meeting crushed for fair-trading guts for torches /
smell the corpses,
my graveyard discourses split wigs /
like Moses split seas, burn the racists like the KKK burnt the crosses /
posses Death like fuckin Napalm /
call me the Master E.N.T of Ceremony be droppin bombs like Nam /
consume amount of options and Pylox® toxins /
they call me the Flow-letarian ambush ya Marxist doctrines /
inverted infects shaping too complex a movement like /
off-the-top Bergman ripped the Bolshevik-type project endorsement /
i be god throwing bolts on the next phropecies coped /
on the next national vote
when the ballot taken with the chapped throats /
buy or sell, fuck it – i shoplift some Orwells® /
lets uplift some cartel activisms /
call me Hakim Bey of the microphone-sufism /
cuz your leftist-book selections only rock a pathetic insurrection /
the plastic mass gone fascist,
catacomb blaspheme /
i found the passion in dancin’ over the tomb of Stalin /
PURITAN (GODBLESSED FASCISTS)
adalah bagaimana manusia menyebut nama tuhannya :
“tebas lehernya dahulu baru beri dia kesempatan untuk bertanya” /
pastikan setiap tema legitimasi agama seperti hak cipta /
supaya dapat kucuci seluruh kesucianmu dengan sperma /
persetan dengan Surga® sejak parameter pahala /
diukur dengan seberapa banyak kepala yang kau pisahkan dengan nyawa /
kini leherku-lah yang membuat golokmu tertawa /
target operasi di antara segudang fasis seperti FBR di Karbala /
karena aku adalah libido amarahmu yang terangsang dalam genangan darah /
selangkangan Shanty jika kau menyebut parang bagian dari dakwah /
melahap dunia menjadi pertandingan sepakbola /
penuh suporter yang siap membunuh jika papan skor tak sesuai selera /
para manusia-unggul warisan Pekan Orientasi Mahasiswa /
paranoia statistika agama,
wacana-phobia ala F.A.K /
B-A-K-I-N tak pernah bubar,
mewujud dalam nafas kultural /
persis wakil parlemen yang kau coblos dan kau tuntut bubar /
partai bisa ular, belukar liberal /
Gengis Khan mana yang coba definisikan moral /
persetankan argumentasi membakar bara masalah /
dengan kunci pembuka monopoli
anti-argumen komprehensi satu bahasa /
instruksi air raksa mereduksi puisi hingga level yang paling fatal /
kehilangan amunisi,
sakral adalah ambisi /
wadal modernisasi,
program labelisasi Abu Jahal /
distopia yang tak pernah sabar untuk menuai badai
aku bersumpah untuk setiap jengkal markas
yang kalian anggap layak bongkar /
dan setiap buku yang nampak lebih berguna jika terbakar /
jika setiap hal harus bergerak dalam alurmu yang sakral /
sampai api terakhir pun,
neraka bertukar tempat dengan aspal /
batalyon pembenci Gommorah sucikan dunia dengan darah /
menipiskan batas antara kotbah dengan gundukan sampah /
jika membaca Albert Camus menjadi alasan badan-leher terpisah /
lawan api dengan api dan biarkan semua rata dengan tanah /
lubang tai sejarah,
memang dunia adalah /
kakus raksasa nikahi bongkah kranium kerdil berpinak ludah /
jika idealisme-mu tawaran untuk mengundang surga mampir /
berikan bendera dan seragammu,
kan kubakar sampai arang terakhir /
sratus kali lebih dangkal dari kolom Atang Ruswita /
seribu kali lebih busuk dari tajuk majalah Garda /
untuk semua idiot yang berfikir semua ide dapat berakhir diperapian /
tak ada dunia yang begitu mudah untuk kalian hitamputihkan /
mendukung keagungan layak Heidegger mendukung Nazi /
propaganda basi, wahyu surgawi dengan bau tengik terasi /
jika suci adalah wajib dan perbedaan harus melenyap /
maka jawaban atas wahyu parang dan balok
adalah bensin, kain dan botol kecap/
yo, fasis yang baik adalah fasis yang mati /
fasis yang baik adalah fasis yang mati /
fasis yang baik adalah fasis yang mati /
tunggu di ujung jalan yang sama saat kalian mengancam kami /
SEMIOTIKA RAJATEGA
MC hari ini lebih banyak memakai topeng dari Zapatista /
hampir sulit membedakan antara bacot patriot dan miskin logika /
bicara tentang skill dan kompetisi, mengobral sompral /
jatuh setelah berkoar, lari dengan ujung kontol terbakar /
MC butuh federasi dan breakbeats berdasi /
untuk sekantung wacana basi dan eksistensi /
MC Tampon, mencoba membuat mall menjadi Saigon /
amunisi tanpa kanon, mucikari martir yang gagal mencari bondon /
sarat kritik, kosong esensi seperti kotbah kyai Golkar /
bongkar essay kacangan lulabi usang pasca makar /
gelora manuver rima Kahar Muzakar /
tak akan pernah dapat menyentuh beat pembebasan B-Boy Ali Asghar /
hiphop chauvinis, kontol kalian bau amis,
memang tak akan pernah habis /
persis duet Hitler tanpa kumis dan Earth Crisis /
krisis identitas, menyebut teman nongkrongnya ‘niggaz’ /
sebut dan diss nama kami, kubuat bacot kalian karam seperti Tampomas /
berusaha setengah mati menjadi negasi /
berlindung dibelakang pembenaran interpretasi, basa-basi /
mengobarkan kebanggaan dengan microphone terseret /
tak sabar menunggu
saat monumental kalian berduet dengan Eurrico Guterrez /
ternyata rencana invasimu lebih meleset dari konsepsi /
dan prediksi partai marxist akan kematian borjuasi /
melemparkan invitasi MC pada setiap rima /
dan Homicide masih mendominasi
sensus kematian populasi akibat rajasinga /
MC adalah negara
yang membuat kontradiksi tak pernah benar /
tanpa menifestasi yang sesubstansial gerilyawan maoist di Nepal /
lirikal neoliberal,
yang memaksa indeks lirikmu turun drastis /
dan terlihat lebih dungu dari logika formal, terlalu tipikal /
dan masih jauh dibawah horizon minimal /
memiliki nasib yang sama dengan PSSI dalam kancah internasional /
hadirkan konfrontasi maka MC lari mencari pengacara /
dan mengakhiri argumen dengan histeria
seperti Yudhistira tanpa hak cipta /
jangan berharap unggul dengan skill bualan ala TV Media /
yang membuat kau dan Iwa tersungkur dalam satu kriteria /
representasi yang membuatmu nampak seperti fatamorgana /
membuat setiap microphone battle
berakhir dengan wajah yang sama /
persetan dengan persatuan,
hiphop hanya memiliki empat unsur /
dua mikrofon, kau dan aku,
tentukan siapa yang lebih dulu tersungkur /
memang memuakkan melayani diplomasi scene lawakan /
tapi pasti kalian dapatkan
jika kalian menginginkan konflik atas nama kebanggaan /
bidani bacot murahan tentang imortalitas hiphop seperti liang dubur /
pahlawan kesiangan
yang membuat lagu lama konservatif keluar liang kubur /
karena aku adalah seorang kapiten neraka /
mematahkan pedang panjang para lokalis
duplikat dan plagiat para Wu-Tang /
label adalah reduksi,
komoditas residu industri /
kultural hegemoni,
membidani oponen dalam posisi /
Prosa pramudya yang bukan Ananta Toer /
Mengepal jemari meski dengan batas teritori yang terkubur /
arwah objek kritik lapuk layak sosialisme ilmiah /
kalian ancam kami dengan lulabi akidah /
paku dalam bingkai kaca keagungan moralitas,
persetan kuantitas /
kematian memang identitas yang tak perlu imortalitas /
memenej kalbu tanpa kotbah Aa Gymnastiar /
menembus urat nadi distribusi
tanpa harus membuat izinku terdaftar /
MC menabur bensin
dan tak pernah punya nyali menyalakan korek /
membacot dibelakang punggung lebih parah dari CekNRicek /
FROM ASHES RISE
A mere appandage flesh on the machine of iron /
we dont need no more blueprint to rock the so-called revolution /
whoever they vote for, we’re ungovernable /
since the rebels themselves are so predictable /
we be like the Ruckus Society engages in chains of alliance /
or be like the Autonomedia cracking the fucking movement /
or be like the affinity posse self-sustaining our world /
passing the torch, spreading the words /
that this New World Boredom is sloppy /
we used to slang rocks to cops / we used to break down the Blocks /
now we’re dismayed and get fucked over burn-out topics /
we left the boombox disbanded /
fuck the preaching-to-the-converted bullshit /
now here’s the massage: rock harder, party harder /
organize more allied fists and burn down them borders /
kept my rhymes dissin and my cocktails swingin /
keepin contradictions kickin outta hype they all believin’ /
I be swimmin at the beach beneath the paving stone /
rock my way out like Cypress Hill in Skull N Bones /
full scale battle,
making my days of war and nights of love /
cuz its not a party matter, givin this house of pain a mad-hatter /
in the twilight of Asia the spectre still hauntin /
demanding the impossible with my steady rockin /
microphone that don’t answer to no state nor institution /
cuz if I cant dance to it then its not my revolution /
kept my rhymes dissin and my cocktails swingin /
keepin the contradictions kickin outta hype they all believin’ /
track-bombin hiphop beyond the good and evil /
cuz market be makin feeble MCs, the casualties of capital /
never have them faiths for them heavens to come /
insurrect total resistance like godless Taliban and Saddam /
expect the blue collar then face your demise /
spawned from the ashes, we shall arise
my homeboy rocking Xeroxs
…Rise !!!
/ fighting Black Bloc in Genoa
…Rise !!! /
my brothers battling I.S.A in Malaysia
…Rise !!! /
all ya’ll D.I.Y militias
…Rise !!! /
Madd media guerillaz
…Rise !!! /
Food Not Bombs worldwide yo
…Rise !!! /
Every fighters all over Indonesia
…Rise !!! /
…Rise !!!
BARISAN NISAN
Matahari terlalu pagi mengkhianati.
Pena terlalu cepat terbakar.
kemungkinan terbesar sekarang adalah memperbesar kemungkinan
pada ruang ketidakmungkinan
sehingga setiap orang yang kami temui
tak menemukan lagi satupun sudut kemungkinan
untuk berkata tidak mungkin
tanpa darah mereka mengering
sebelum mata pena berkarat
dan menolak kembali terisi.
Sebelum semua paru disesaki tragedi
dan pengulangan menemukan maknanya sendiri
dalam pasar dan semerbak deodoran.
Atau Mungkin dalam limbah dan kotoran
atau mungkin dalam seragam sederetan nisan.
Atau mungkin dalam pembebasan ala monitor 14 inci
yang menawarkan hasrat pembangkangan ala Levi’s dan Nokia
atau dalam 666 halaman hikayat para bigot dan despot yang menari
ketika jelaga Azaghtot berangsur
menjadi kepulan pitam berselubung Michael Jordan
dipojokan pabrik-pabrik makloon
para produsen kerak neraka berlapis statistik,
pembenaran teatrikal supermall
dan opera sabun panitia penyusun UU pemilu
yang mencoba membanyol
tentang kekonyolan demokrasi,
yang rapih berdasi
menopengi mutilasi pembebasan dengan sengkarut argumen basi
tentang bagaimana menyamankan posisi pembiasaan diri
dihadapan seonggok tinja para sosok pembaharu dunia
bernama pasar bebas dan perdagangan yang adil,
untuk kemudian memperlakukan hidup seperti Akabri
dan dikebiri matahari yang terlalu pagi mengkhianati.
Dan heroisme berganti nama menjadi
C-4,
Sukhoi,
dan fiksi berpagar konstitusi.
Menjenguk setiap pesakitan
dengan upeti bunga pusara
dari makam pahlawan tetangga
bernama Arjuna
dan manusia laba-laba,
dari Cobain hingga Vicious,
dari berhala hingga anonimus
bernama burung garuda Pancasila
yang menampakkan diri
pada hari setiap situs menjadi sepejal bebatuan
yang melayang pada poros yang sejajar
dengan tameng
dan pelindung wajah para penjaga makam Fir’aun ber-khakhis
yang muncul 24 jam matahari
dan gulita bertukar posisi disetiap pojokan,
bahkan di kakus umum dan selokan,
mencari target konsumen
dan homogenisasi kelayakan.
Maka,
setiap angka menjadi ‘maka’ dan ‘makna’,
ketika kita disuguhi setiap statistik
dan moncong senjata
dengan ribuan unit SSK
untuk menjaga stabilitas, stabilitas
bagi mereka yang akan dinetralisir
karena menolak membuang buku Pantone sebagai panduan kebenaran
sejak hitam dan putih hanya berlaku dihadapan mata sinar Xerox.
Menolak terasuki setan dan tuhan yang mewujud
dalam ocehan pencerahan kanon-kanon tumpukan Big Mac
dan es krim Cone yang berseru;
“Beli…beli…beli…,
konsumsi…, konsumsi kami,
sehingga kalian dapat berpartisipasi
dalam usaha para anak negeri
yang berjibaku untuk naik haji !!!”
Oh, betapa menariknya dunia yang sudah pasti,
menjamin semua nyawa dan pluralitas
dengan lembaran kontrak asuransi,
dengan dengan janji pahala bertubi,
dengan janji akumulasi nilai lebih,
bursa saham,
dan dengan semantik-semantik kekuasaan
yang hanya berarti dalam kala
ketika periode berkala
para representatif di gedung parlemen memulai
tawar-menawar jatah kursi
dan kekuatan hanya berlaku
pasca konsumsi cairan suplemen tonik
dan para bigot bertemu kawanan
dan cinta hanya akan berlabuh
setelah melewati sederetan birokrasi ideologi
berwarna merah, hijau, hitam, kuning dan biru, merah, putih dan biru,
merah dan putih.
Oh, betapa indahnya dunia
yang berkalang fajar poin-poin NAFTA
sehingga pion-pion negara
yang berkubang dibelakang pembenaran stabilisasi nasional
menemukan pembenaran evolusi mereka
dengan berpetangkan saluran-saluran pencerahan para rockstar
yang lelah berkeluh kesah
kala peluh mengering kasat di hadapan pasanggiri lalat-lalat pasar
dan kilauan refleksi etalase
dan display berhala-berhala,
berskala lebih thagut dari ampas neraka
diantara robekan surat rekomendasi para negara donor
perancang undang-undang
dan fakta-fakta anti-terror,
para arsitek bahasa penaklukan,
para pengagung kebebasan,
kebebasan yang hanya berlaku dihadapan layar Flatron,
kemajukan ponsel,
demokrasi kotak suara
dan pluralisme gedung rubuh,
Oh, betapa agungnya dunia dihadapan barisan nisan
yang dikebiri matahari
dan terlalu pagi mengkhianati.
Maka,
jangan izinkan aku untuk mati terlalu dini,
wahai rotasi CD
dan seperangkat boombox ringkih.
jangan izinkan aku mendisiplinkan diri ke dalam barisan,
wahai bentangan celuloid dan narasi.
Dan demi perpanjangan tangan remah di mulutmu, anakku,
jangan izinkan aku terlelap
menjagai setiap sisa pembuluh hasrat yang kumiliki hari ini.
Demi setiap huruf pada setiap fabel
yang kututurkan padamu sebelum tidur,
zahraku,
mentariku,
jangan sedetikpun izinkan aku berhenti
menziarahi setiap makam
tanpa pedang-pedang kalam terhunus,
lelap tertidur tanpa satu mata membuka,
tanpa pagi berhenti mensponsori keheningan berbisa,
tanpa dilengan kanan-kiriku adalah matahari dan rembulan,
bintang dan sabit,
palu dan arit,
dan bumi dan langit,
lautan dan parit,
dan sayap dan rakit
hingga seluruh paruku sesak
merakit setiap pasak-pasak kemungkinan terbesar,
memperbesar setiap kemungkinan
pada ruang ketidakmungkinan
sehingga setiap orang yang kami temui
tak menemukan lagi satupun sudut kemungkinan
untuk berkata tidak mungkin
tanpa darah mereka mengering
sebelum mata pena berkarat
dan menolak kembali terisi.
Dan matahari
tak mungkin lagi mengebiri pagi untuk mengkhianati.
SENJAKALA BERHALA
Merapat ke barikade terdepan
berhadapan dengan ribuan batalyon anjing penjaga para tiran /
saat senjakala berangkat pada lanskap panoptikan /
merancang kekuatan diluar jalur kepatuhan semodel Vatican /
prototype target dunia
pasca keruntuhan gedung kembar /
dari belukar akumulasi peluh pasar /
penakar pelunturan hegemoni bacot konservatif /
dan pelumuran racun tikus pada sesajen didepan altar /
bernazar keluar dari agenda berangkal /
untuk hidup lebih hidup dari logika promosi Star Mild /
merebut boombox dari tangan b-boy berbacot dangkal /
oponen pembenam katarsis yang tak memiliki penangkal /
membongkar dikotomi ilusi Kafka dan distopia Bolshevis /
dan kesunyian berbau amis /
aku adalah Israfil yang sama pada album foto Intel /
membuang terompet/
Daud yang sama yang muak dengan kerikil dan katapel /
MC gabungan kesalahan yang dilakukan tuhan dan setan /
untuk ritme yang menjadi rutan/ hutan menjadi urban /
laknat menjadi kutukan/ ambil mikrofon katakan /
Pemilu adalah candu dan valas bukanlah tuhan /
dihadapan majikan lipan logika pesugihan /
para imam pasar yang membuatmu membutuhkan pahlawan /
yang tak akan pernah datang pada medan pelemparan puputan
saat senjakala berangkat dan tamat pada lanskap tak bertuan
#Chorus
Kalam pemanggil arwah yang menziarahi pitam /
dengan disiplin penggali kubur dan ketegaran penjaga makam /
dengan ruh asap bulan ke lima yang membakar langit /
dan senjakala berhala yang datang bersama hangus dan hangit
oponen demokrasi yang berbicara dalam bahasa lintah /
yang sesak muak dibebani titah, aksen pada lidah /
tak berpatenkan tameng dan argumen anti-dekaden /
testamen pembenar invasi Bush Bin Laden
yang mengabsen bahaya laten /
oponen demokrasi yang berbicara dalam dialek lipan /
sejak tirani mayoritas adalah kaisar dari semua tiran /
sejak pembangkangan merajut logika lama yang sama menjijikan /
se-firaun perpanjangan dajjal logika perwakilan /
libido Victorian, kontol Kantian, ahlak pajangan, moral ketengan /
semerbak basah tanah pekuburan,
peduli setan kalian fatwa sukmaku najis /
senjakala ini memakar kegelapan yang diklaim para iblis /
petang kesabaran yang hampir habis /
pada hari para tuhan dan setan sibuk berperang melawan para teroris /
mengantar ancaman fasis pada hari surga-neraka bersimbiosis /
atas nama pembangunan basis aliansi taktis antara Mc Donalds dan hadis /
ludah para rasis yang membuat aspal sehanyir amis /
baris demi baris, ekonomi iman statis membai’at /
“kepada pedang dan replika malaikat kami berpihak” /
atau mengkafiri jemaat di gerbang surga keajaiban kompetisi
dengan suara bijak /
maka plot berpinak /
menyerupai kloningan kotbah gincu dari mulut para pahlawan
yang tak akan pernah datang pada medan pelemparan puputan /
saat senjakala berangkat dan tamat pada lanskap tak bertuan
BELATI KALAM PROFAN
ditulis malam pertama pemusnahan total para oponen /
para despot yang menahun bermimpi tentang dunia yang homogen /
kami jawab tantangan gelap dengan hunusan kalam puputan /
bagi para sponsor pembangunan altar detasemen dua angka delapan /
dengan prosa yang bernafas dalam kubangan bangunan /
yang kalian rancang /
dibawah nisan yang kalian pancang /
bagi para pagan yang mati menyusuri jalur ziarah /
pada situs yang menampung gunungan pahala seamis darah /
segelap pitam para penghuni neraka yang kalian ciptakan /
bersama mimpi buruk yang kalian kirim lewat tingkatan /
kasta dan jurang pemisah yang kalian sebut takdir /
yang kami sumpah semua meruntuh
lebih cepat dari hitungan jam pasir /
kalian citrakan kasir
sebagai penanda datangnya surga di muka bumi /
berlindung dibalik kosakata stabilitas dan konstitusi /
belati para profan,
dibawah serapahmu kami bersumpah /
lebih baik kami mati terlupakan
daripada selamanya dikenang orang karena menyerah //
hunusan belati penasbihan penghabisan
Rima ini lupa berduka
terluka sedemikian rupa /
sehingga bernazar untuk hidup
tanpa hamba dan paduka /
murka tanah tua jawa
yang membabi buta mencari ghurka /
dari dupa kotak suara demokrasi dasamuka /
karena rima ini adalah pusaka perusak tameng /
para pengecut yang bersuaka /
dibalik rentetan angka
dan pujian pada prasangka /
aku adalah sumber petaka /
bagi semua tuhan dan iblis yang membangun dunia /
diatas undang-undang dan fakta /
bagi para arsitek dunia pasca keruntuhan /
para idiot seperti Aidit, berkas bank yang kau audit, /
invasi kultural MTV dan Coca-cola /
Sejak mulut Faisol Reza sudah se-fasis pedang para GPK /
yo, dihadapan ratusan barisan nisan,
ribuan tumpukan Big Mac /
dan kontrol intelejen perpanjangan tangan /
neo-imperealis yang bersenjatakan pasar dan hutang
aku berdiri tegak dengan hunusan belati penasbihan penghabisan /
aku permanen bernubuwat layak ribuan riff Azaghtot /
bagi semua b-boy yang bersampah bacot /
hingga hasratku berkarat,
hingga hikayat kepalanku tamat /
hingga kepala Siti Jenar berpulang pada para jasad /
Marley, Malaka, Morrison, Monroe dan Sabate diatas horizon /
kanon yang meluluhlantak semua antek panoptikon /
rima ini bergerak lamat, belatung pengerat /
keyakinan para Lenin yang dilanda kemiskinan filsafat
RIMA ABABIL
karena khalayak tak pernah salah memuja thagut penampakan /
maka kalian adalah terdakwa yang terlalu mendambakan /
domba tanpa gembala,
wujud tanpa kepala,
dunia tanpa pandawa /
sumpah aral kuasa tanpa palapa /
merakit dunia tanpa manual tunggal /
mengepal surga neraka yang manunggal /
di ujung hari yang berlangit sepekat aspal /
di petang para dajjal neoliberal meminta tumbal /
karena buku sejarah ditulis dengan darah /
dengan anggur dan nanah, dengan kotbah dan sampah /
maka argumen terlahir dari kerongkongan korban /
digorok dipagi buta di lapangan pedesaan /
dikubur bernafas dimalam semua kutukan /
menaruh rima diatas hitungan ritme pukulan rotan Brimob /
pengganti aroma Smirnoff, berakhir /
layak hasrat Deborg berepilog tanpa akhir /
kombinasi mutakhir para gerilyawan Kashmir, /
Tolstoy dan B-boy yang menari diatas pasir /
hingga para aparat Gomorrah tak berdiri tanpa dipapah /
hingga berhala yang kau sembah merata dengan tanah /
dengan khasanah busur serapah tanpa panah /
dengan ranah yang merubah kotbah yang menjadi limbah /
dengan lanskap penuh kesumat,
despot melaknat /
penuh bigot yang bersandar pada jaminan polis dan jimat /
maka kupinang kepalan pelumat /
tirani valas yang tak pernah tamat memplagiat kiamat /
hingga liang lahat, dengan eskalasi perang badar /
membakar akar penyeragaman bawah sadar /
pasca kolonial pasca neraka horizontal / pasca bumi dan langit,
aku dan kau menjadi wadal /
sejak para kaisar merapal mantra anti-makar /
sejak para patriot tak pernah sadar menjadi barbar
#chorus
rima ini kurancang untuk menantang mitos /
hegemoni rezim dewa logos /
kurancang rima ababil yang bidani holokos /
jika kau bangun kastilmu tuk mendominasi kosmos
antitesa dari semua petuah para tetua /
penguasa gua, gabah dan semua kutukan tak bertuah /
rima ini adalah hitam merah tetesan darah /
pemusnah lintah bendungan siklus hasrat dan amarah /
ludah para penadah gejah yang menawar bid’ah /
yang lupa melawan titah, kerajaan risalah, /
pemungut arwah peluluh lantah kaki tangan
kepala berhala yang ku nujum punah /
serupa jalur ziarah satuan batalyon lakon /
yang membantahkan konon gurita monitor panoptikon /
dan jargon perluasan koloni kanon /
perpanjangan netra Mossad dan agenda titipan Pentagon / a
gen intelejen berbisik dalam dialek dekaden /
berdiskusi tentang ribuan ancaman bahaya laten: /
lumpen yang membangkang, hedonis yang mencoba terbang /
sufi yang menjangkau terang dan anarkis yang meronta kekang /
rima ini adalah kontra komando, menolak berkarat /
di pengujung tengat m’rancang beliung serupa tornado /
untuk balans yang banal,
balada dalam kanal dialog satu arah sejarah yang berkoar bertemu final /
hingga satu subuh para sayap terentang,
menantang menara rutan dengan kesadaran para pecundang /
berembuk di pojokan selokan desa dan urban
merakit plot armamen ababil sebelum mentari datang /
sebelum cenayang industri keluar mencari mangsa /
menuai bara dari pusara kalam dan makam wacana /
kesucian taklid yang menyuburkan bencana /
para penikam punggung dan para pengkhianat lantai dansa/
pasca kolonial pasca neraka horizontal /
pasca bumi dan langit, aku dan kau menjadi tumbal /
sejak argumen hanya berkisar di pusaran selasar /
surga dan neraka, kontol, isu kelentit dan biji zakar, yo
NEKROPOLIS
Memanggil arwah dengan hangit dan bensin /
Lanskap yang sesunyi makam dan sebusuk aroma balsam Lenin /
padat khalayak serudin lalat, sefatal toxin, se-rutin angin /
dan suci sepalsu putihnya secarik kain kafan /
menara rutan, filsafat mutan, statistik selokan, komando tuhan, /
perintah setan, fatwa dan kutukan pembusukan /
pakan pahlawan dengan rotan PHH dan kacamata intel Kodam /
sejarah yang mengkusam merancang godam /
dari kalam prosa terkelam pada festival langit
yang menghitam dan pitam
yang membuat perhitungan dengan kemiskinan /
koloni pasar bebas dan jaringan telepon genggam /
dan kota ini kan menuai banyak bara dan samsara /
lebih banyak dari dana anggaran tahunan bagi para tentara /
merakit angkara bagi semua badan dunia yang merancang bencana /
dan silahkan cium lubang anus kami yang memberaki setiap lencana
Kota yang menghirup senyap dan hidup bernyawa dalam gelap /
dalam ruang arsitek pemiskinan yang menolak melenyap /
bernafas dalam senyawa gejah, limbah dan serapah /
yang dinyanyikan angkasa yang bersulang untuk mimpi para penjarah /
sepah amor, amok yang murka mengusung anok /
ditepi ngarai paradoks dengan belati pada tembolok /
fasih berkawih tenor dalam nada minor wajib lapor dan horor /
bagi semua anggota parlemen yang mengesahkan testamen anti-teror /
se-hangit aroma penjarahan bulan ke-lima /
se-agung penyatuan ruh dinding sel dan kausa-prima /
kota ini sudah sesak keringat yang harus dikonsumsi /
sebagai ganti energi yang surut
melihat kontes pahlawan palsu seperti Genbi /
Penebusan hasrat menangkis dengan leher kacung Anubis /
ketika katarsis diperoleh dalam bentuk logo dan karcis /
praksis hasrat dan nalar yang tak bisa dijamin dengan polis /
rutan rigor mortis dan dominasi hirarki Nekropolis
*semua kota dibawah sistem ekonomi yang menghalalkan segelintir elit menguasai hidup banyak orang adalah kota mayat.
MEMBACA GEJALA DARI JELAGA
Dear Sarkasz,
Kita berangkat dengan rima dan kopi secawan /
berkawan dengan bentangan kalam yang menantang awan /
kita menggalang pijakan dari hulu waktu yang membidani zaman /
dimana microphone digenggam dengan hasrat menggantang ancaman /
mengkafani kawanan srupa lalat dari pusat pembuangan sampah /
menyisakan potongan kalimat profan berceceran /
bernazar membuat tiran berjatuhan /
dengan luka sayat dari medan perang puputan /
kita tantang kutukan, kita kutuk pantangan /
sehingga setiap angan paralel dengan surga-neraka dan dalil langitan /
serupa komando yang meluncur dari Mabes hingga Koramil /
serupa toxin yang berselancar pada darah sebelum maut menjemput Munir /
menyisir petaka yang membiarkan mereka menggadaikan pasir /
pada pantai, pada bumi yang penuhi oleh barcode dan kasir /
yang menghibahkan filsafat pada para vampir /
pada mereka yang melabeli setiap oponen dengan stempel kafir /
pada mereka yang datang pada malam terkelam /
saat cahaya hanya datang dari belukar ditengah makam /
kita pernah sisakan harapan yang esok siap cor menjadi belati /
pikulan beban serupa pitam yang kembali berhitung dengan mentari
dengan tangisan bayi yang mengajarkan kembali bagaimana menari /
bagaimana mengingat janji dan mengepalkan jemari /
bagaimana seharusnya hari-hari berbagi api /
bagaimana menyulutnya pada nadi dan mengumpulkan nyali
dan semua darah bertagih telah kita bayar lunas /
sejak kalimat angkara kita terlanjur menjadi lampiran kajian Lemhanas /
kau dan aku tahu pahlawan tak lagi datang dari kurusetra /
namun dalam bentuk donasi mie instan ditengah bencana /
sejak tanah basah ini menagih janji mata yang dibayar mata /
sejak mata sungai menagih suara mereka yang hilang di ujung desa /
sejak kebebasan hanya berarti dihadapan kotak suara /
sejak para ekonom memperlakukan nasib serupa statistik ramalan cuaca /
telah khatam kita baca semua analisa semua neraca /
semua muslihat tai kucing yang membenarkan semua prasangka /
kita belajar membaca gejala dari jelaga /
pada malam-malam terhunus dan waras kita terjaga /
memaksa tidur dengan satu kelopak mata terbuka /
menahan pitam tanpa riak serupa telaga /
serupa hasrat yang dipertahankan setengah mati tetap menyala /
pada setengah hidup kita yang mengalir mencari muara /
serupa udara /
membutuhkan amis darah agar sirine tetap mengalun /
agar waras diingatkan tentang wabah yang akut menahun /
tentang pagut yang santun, yang memusuhi pantun /
yang membakar habis hasratmu setelah dipaksa dipasung /
mungkin kau ingat tentang petaka yang dalam hitungan kurun /
waktu singkat berubah menjadi rahmat / merubah alam bawah sadar hingga terbiasa dengan mayat /
sekarang merubahmu kasat didepan deretan kalimat /
bergabung dengan para mata yang terbiasa terang bersama pekat /
serupa kepastian, serupa asuransi /
serupa janji yang meprediksi dimana kau suatu hari nanti dengan pasti /
sehingga semua pertanyaan kau tinggal mati /
sehingga rimaku dan terompet israfil dapat bertukar posisi
Februari 18, 2011 | Categories: Homicide, lirik lagu | Tags: homicide | Tinggalkan komentar »
HOMICIDE – ILLSURREKSHUN LYRICS
MEGATUKAD
Homicide kembali pada kalam serupa bara
menjaga nyala api hasrat ditengah rawa
mengasah mata belati penasbihan petaka
bagi mata medusa yang tak berujung menagih nyawa
bagi kuasa yang mengendalikan parlemen dan penjara
menyambut petang berhala, kutunjukkan kau gejala
didepan pintu McDonalds dan gerbang Kodam berkepala
macan Siliwangi yang dipenggal ribuan terdakwa
air sumur berbusa, langit sehitam jelaga
udara bertaring memaksa rima ini berbisa
dan kau iman yang menghamba pada keabadian pusara
kubacakan serat korporat yang mengglobalkan angkara
rahim samsara yang terjaga pasca bencana
pasca iman disilaukan kilatan C-4 dan surga
dan pasca jaring warasku yang mulai menyaingi utopia
semustahil berharap dunia pasca 9-11 tanpa tentara
tanpa Antara kukabarkan perihal neraka
perihal sodom-gommorah, gurah dan semua barisan berhala
yang kau pijak kau jadikan jalur sumber pahala
dan kau tebus semua surga dengan bangkai para pendosa
rima serupa sangkala prosa penolak bala
hiphop hulu waktu dengan pekat sehitam bendera
bukan lagi perkara bukan lagi masalah jika
ribuan mimpi, satu barisan rubuhkan menara
#chorus
bentangan kalam serupa bara, satuan rima penolak bala
kepalan langitan gantang bencana, seharam jadah penagih nyawa
Homicide kembali pada bentangan kalam serupa martil
rima ababil, ziarah kesumat demolisi kastil
Serupa menarik tentara dari Freeport, prosa ini mustahil
kalian kubur bersama sejarah di pemakaman terusir
negasi yang berdiri kala Valhala tak berpinggir
demokrasi dagelan boneka tirani mesin kasir
koalisi kobil, yang meminta setoran parkir
serupa darah dan satir, dan pengabdian tanpa akhir
kontra takdir, cetakbiru korporat vampir,
tata dunia baru memaksa rima ini bertitik nadir
konspirasi tanpa akhir dan eskalasi pembangkangan sipil
antidote keterasingan dalam kepakan sayap martir
serupa lobi parlemen menggiring para musafir
ke padang kepatuhan ujung laras para marinir
nazarkan hidup tanpa sipir dan ujung harap yang lahir
demi surga dan janji para pahlawan yang tak pernah hadir
armamen imaji dalam magasin barisan sabil
hunusan trakhir, pelumatan manual para kusir
harapan yang menolak saji hamba dimuka takdir
bersama para sodagar menyusun jutaan dominasi tafsir
rima serupa sangkala prosa penolak bala
hiphop hulu waktu dengan pekat sehitam bendera
bukan lagi perkara bukan lagi masalah jika
ribuan mimpi, satu barisan rubuhkan menara
ILLSURREKSHUN
[Sarkasz]
Melepas kekang kendali pada hitungan detik kematian
Satuan laskar aksara penghancuran dinding keterasingan
Rima ini melintang ditengah ribuan riba yang menagih hutang
Rintangi bantuan luar negeri yang bernegosiasi dalam bahasa musang
Menghuhunus belati kalam profan pada altar persetubuhan
Yang berbagi tuhan bersama kuasa modal dalam wujud siluman berturban
Mutan susupan McD layaknya iblis marduk yang membuang pelanduk
Merangsek setiap pintu masuk yang tak fitrah tanpa sarung cap Gajah Duduk
Tak sudi membusuk menanti panggilan di parkiran Imam Mahdi
Dalam simulasi hidup yang meraga dalam masturbasi Raam Punjabi
Kami tandingi setiap eksistensi dari sekedar menjual dan membeli,
Menyembah dan mematuhi, segala konon yang tak lama lagi kami akhiri
Kami kembali mengangkat setiap kepala yang tertunduk untuk berhenti
meratapi Tuhan yang telah mati dikhianati profit, dominasi dan ekspansi
Satu barisan, ribuan mimpi, kami hidupkan kuasa amorfati
yang berdiri tegak mandiri tanpa Bank Mandiri
Hiphop harakiri, negasi hidup dari lanskap yang terkooptasi
Di saat setiap bongkahan emas di Freeport telah lelah menjadi saksi
Korporat Rambo dan kacung W.T.O yang tengah bermimpi
Berkomposisi bak Guantanamo sekolosal mega-orkestra Steve Albini
Kalian amini manipulasi informasi yang beramunisi ritual dekadensi
Berplot genosida berkoneksi kabel TV
Maka surga neraka yang kami hadirkan dalam kombinasi terkini
Biner termutilasi pada setiap lanskap insureksi yang mereka kafiri
[Morgue Vanguard]
Ribuan kepalan yang mengakar pada reruntuhan atlas
Meranggas pada batas hirarki antara mikropon dan karkas
Hari ini mulailah berhenti mempertanyakan kualitas gundukan rima
Dengan populasi MC yang lebih padat dari Cicadas
Sepanas lubang anus kalian disodomi korporasi tanpa pelumas
Kami bayar lunas semua tagihan pay dues sejak zaman Itang Yunas
Kami pangkas semua manuver Ken Arok di tengah belukar riba pasar
Agen makar membuang hajat pada pelataran dan tangga altar
Kami hajar semua kebangkitan berhala,
ideologi gembala
Hidup yang menolak bergantung pada para saudagar serupa Yusuf Kalla
Para imam korporasi yang khusuk
di kala merancang sangkala tiruan
Yang ditunggangi zionis imperealis
yang mencoba menabur bala
Rima ini adalah Kayutsha,Sahin, Fajr, dan Zetzal
Penghantam barisan produk korporasi pemasok Israel di toserba yang berjejal
Pelumatan kollateral / kombatan prosa hypereal
Plot pencahar agenda laskar laba yang lebih Tsar dari semua tiran dan kaisar
Satuan lingkar risalah yang hidup dari kepulan asap
Yang kami hisap dari manual hisab lapangan mu yang terbakar
Rima ini lebih sakti dari Pancasila, yang siap menantang invasi
Dari jadah global Sony hingga korporat domestik serupa Bakrie
Kontra-takdir serupa satuan sayap ababil yang menabur kerikil
Pada jalur komando dari Pentagon hingga Kodam, Kodim dan Koramil
Pada kontrak para merkantil yang menggadai Cepu pada Exxon Mobil
Kami rakit ribuan prosa martil
Bagi mesin lobi Rupert Murdoch yang menagih martir
KLANDESTIN
[Morgue Vanguard]
ditengah hidup yang menyerupai rutan yang kehilangan sipir
mengepal jemari hari ini sesulit membongkar jaringan pembunuh Munir
dengan pilihan diantara menjadi tumbal atau martir
kami kembali dengan eskalasi penghakiman hari akhir
dengan syair penantang satir korporat vampir
sejak tafsir NAFTA dan Bush mempeluas petak takdir kutukan
membangun gerakan yang tak semudah merakit molotov oplosan
oposisi kiri-kanan yang terlalu basi menjadi oposan
hitung kembali kawan yang melangitkan kepalan
bangunkan kawan yang tersisa dan terlelap menenggak lipan
kabarkan setiap lini kehidupan adalah front terdepan,
kembali isi amunisi hasrat dan mimpi ke dalam barisan
warisan kesumat yang membutuhkan lebih banyak lagi kanon
lebih banyak lagi pembangkangan sipil serupa Porsea Indorayon
serupa Bojong, serupa ribuan titisan
bagi setiap kota yang menolak didominasi mall, penjara, monumen dan nisan
Klandestin, manuver hantu serupa Vietkong
sejak tanah, udara dan air hanya sesajen bagi para cukong
begundal pasar bebas yang mengantri di jalur by-pass
yang bebas merangkai plot dominasi dalam satu pentas
dan laknat ini yang kembali menyeruak sejak Nipah dan Haur Koneng
merubah setiap rima dan ritme menjadi awal lonceng
kematian bagi IMF, WTO dan World Bank
Dan setiap poin agenda penaklukan koloni yang mereka bonceng
#chorus
Rima pemanggil arwah yang menziarahi pitam
Dengan pekat hitamnya langit saat memudarnya harapan
Nazar luka puputan, kalam penghabisan
Satu bangsa di bawah kontrol korporat, kami langitkan kepalan
Lubang hitam kepastian memaksaku mewadal
Bernafas dalam kanal, meradang di dalam banal
Kapal yang karam diperosok khayal dan domestifikasi hidup berkawal
Bayangan ku yang berubah menjadi selakangan jadah tersamar
Memugar setiap hasrat yang memudar, nafas terakhir di belukar
Ritual dengan ambisi di penghujung bulan kalkulasi bumikan nazar
Fajar kematian berhala, altar bangunan moral dan biji zakar
Hari ini konsumsi hanyalah masturbasi hidup di hapadan pasar
Maka ku rapal rima negasi kosong sehitam aspal
Sekilat anval, berbekal anggur dyonisian berdosis fatal
Di antara tumpukan berangkal artefak lama B-boy berkepal
Kontra-armamen tapal pelontar mortal pembantai portal
Sakramen hidup yang lagi memerlukan afirmasi terdaftar
Simbiosa mutual agenda neoliberal berpagar
Serifikasi halal yang sedangkal menakar semua ikhtiar
Para pembangkang yang terlalu mudah untuk ditangkal
Rima ini bertiwikrama dalam badai horizontal
Tak pernah tertulis pada lontar,
terror imaji korporasi pembunuh berantai
kami jajarkan nama terbantai, kami hitung semua bangkai
dari jejak kemenangan ribuan perang yang tak pernah kami capai
Untuk memaksa neraka keluar barak dan kawanan anjing
Yang bermufakat dengan pangkat, patriotisme dan arak
Disaat dinding keterasingan hasrat menjadi kota terlarang
Kami tak meminta Valhala, kami jadikan surga kalian rampasan perang
PANOPTIKANUBIS
[Morgue Vanguard]
Satu bangsa dibawah kontrol korporat,
satu bangsa dibawah kendali kuasa yang meminta taat
satu kumpulan anubis pengawas siap menebar pukat
dan semua kesadaran harus tunduk pada mesin laba tanpa sarat
mereka sangat awas dengan monitor menggurita
menguasai dunia lawas hingga arah masa depan kita
menguasai dunia mimpi bawah sadar dan mengendalikan cerita
menguasai jaringan seluler, radio dan kanal-kanal berita
mereka di belakang layar semua plot laknat didunia
mereka berwujud apapun bahkan yang tak pernah kan kau kira
mereka buntuti kemanapun, apapun yang kalian lakukan
karena mereka selalu berhak mencap semua aktivitas mencurigakan
tak cukup dengan satu dua badan intelejen, jutaan agen
tak cukup mematikan pembebasan dengan isu bahaya laten
garda depan tirani berarmamen
hari ini gulag berwujud kontrol anti-teror dalam bentuk detasemen
dan bumi yang kita pijak adalah neraka kala
eskalasi operasi mencapai titik menabur bala
jangan pernah katakan motif Mossad dan BAIS sama sekali berbeda
hingga satu hari semua orang terpasang chip pelacak di tengkuk mereka,
[Gaia]
PURGATORI MARTIR
dimana sekam terbakar, kemiskinan melekat,
ditanah ini dengan malikat makar kami tumbuh bersahabat
sejak awal, pemilihan umum adalah akumulasi lawak sarat
dimana birokrat, tengkulak, cukong dan militer bersejawat
ibarat bilangan kami mulai menipis habis diperlumat
kompromi dan dilindas kematian yang datang terlalu cepat
di tanah ini pembangkangan menjadi hikayat basi
serupa penyeragaman bawah sadar dan otomatisasi
dan mereka yang fasih bicara tentang harkat dan martabat
nasib dan derajat, etos kerja, patuh dan meminta taat
kukutuk semua pemadat kebenaran yang meracau seribu babad
hari ini diam seribu kata dan kalimat di hadapan barisan mayat
bersimulasi jagat, berkombinasi laknat
demokrasi parlementariat, mafia hukum dan kebenaran ritel ala Alfa Mart
tunggu suatu hari hingga semua orang mencari sesuap nasi
hanya untuk menyadari mereka akan diantisipasi dengan pendekatan ala Nazi
demi semua keyakinan yang tertunda disaingi kiamat
bagi semua jejak pembantaian disetiap jengkal sejarah yang tertutup rapat
dari jejak genangan darah Alas Tlogo yang mengering kasat/menebar isyarat
tak ada yang lebih totaliter dari gabungan saudagar, preman dan aparat
waktunya merapat
TANTANG TIRANI
Titipan angkara mereka yang tak bisa lagi bersuara
ini muara semua murka lawas yang kehilangan nyawa
dalam hitungan langkah kami kan isi angkasa
dengan ribuan pekik yang sama
saat kalian terbakar bersama bara
terlalu kentara,
manuver mereka memplot penjara
hukum, moral, kebebasan, dan batas surga dan neraka
merancang kontrol bawah sadar serupa bius pariwara
menjagai setiap inci palang pintu modal dengan tentara
sebelum waktu yang banal,
jumud berkanal
demi semua momen heroik
yang tak pernah tercatat dalam tanggal
biarkan mereka lafal
semua peringatan yang mereka hafal
setiap ayat pasal karet
pertahanan para tiran berpangkal
kebebasan yang datang saat kau tak memiliki lagi harapan
saat tak ada opsi tersisa
selain berdiri menantang para tiran,
saat momen terhidup dalam hidupmu
adalah memasang badan ditengah medan
kawan, mana kepalan kalian!
serupa biksu Burma dihadapan moncong senapan
serupa malam Januari yang menandai Chiapas
serupa seruan Chavez didepan muka Amerika
serupa tangan intifada yang melempar batu di Palestina
serupa siklus ronta setiap kota pasca amok Seattle
serupa rudal Hizbullah di daerah pendudukan
serupa rahim setiap ibu yang melahirkan para kombatan
yang menantang setiap tiran dititik nadir perhitungan
kami menolak menjadi bidak, sekedar sekrup dan tumbal
target pemasaran sampah industri kapital global
sekedar hidup lurus dalam dikte penguasa arus
sekedar kalian tahu kami akan bertahan sampai mampus
kalian awetkan hegemoni dengan balsam mumi anti-terror
kombinasi intel dan preman menebar horor
kalian kerangkeng kami dengan pembenaran semantik
kami rancang kalam puitik yang lebih bersenjata dari ribuan manifesto politik
kaya semakin kaya, miskin semakin papa
dan kalian dapat tetap berlindung dibalik retorika nasib dan samsara
lakukan apapun termasuk menjadi tuhan
kami akan berdiri disini, tak sendiri, hingga nafas penghabisan
kebebasan yang datang saat kau tak memiliki lagi harapan
saat tak ada opsi tersisa selain berdiri menantang para tiran,
saat momen terhidup dalam hidupmu adalah memasang badan ditengah medan
kawan, mana kepalan kalian!
serupa kesabaran terakhir para buruh di palang pintu pabrik
serupa panen terakhir para petani penggarap
serupa tengat miskin kota di ujung penggusuran
serupa pilihan terakhir para pasifis dihadapan kekerasan negara
serupa harapan mereka yang tak bisa lagi berharap
serupa pilihan terakhir keluarga korban kekerasan negara
serupa rahim setiap ibu yang melahirkan para kombatan
yang menantang setiap tiran dititik nadir perhitungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar