24 METER
Mengambil konsep memodifikasi Indonesian Elegant, Angga, panggilan akrabnya, menggunakan kain batik lantaran terinspirasi kenangan masa kecil di rumah neneknya yang model zaman Belanda di Surabaya.
"Di rumah nenek, saya biasa melihat batik. Adik juga digendong pakai jarik batik," cerita pria kelahiran Surabaya, 24 tahun lalu ini.
Ia pun berburu batik ke Yogyakarta dan memilih motif parang, karena sering dipakai buat bawahan pada waktu dulu, misal buat mantenan. Menurutnya motif ini punya kesan mistis. "Jawanya kental sekali," kata Angga.
Penggarapan interior ini dilakukan di bengkel SPL Jok, Jln. Pucang Anom Timur, Surabaya. Dikerjakan dalam 3 hari karena mengejar tenggat waktu untuk ikut kontes modifikasi ini. Jok dihias lis kain yang dilipat-lipat, mengingatkannya pada kursi atau bantal zaman dulu.
Sandaran jok kulit kambing asli dengan lukisan Arjuna di depan dan belakang lukisan Pandawa. "Saya mendatangi langsung pengrajin lukisan di kulit kambing ini di Jogja. Harga lebih murah ketimbang yang sudah jadi," ungkapnya.
Batik juga terlihat pada door trim, minibar dan aksen di dasbor. Dari total 24 meter batik yang dibeli, terpakai 20 meteran. "Termasuk seragam buat car babes dan kemeja yang saya pakai," urai pehobi main piano dan gitar ini.
Di belakang Angga menerapkan konsep living room. Lengkap dengan minibar dari kayu paduan akrilik buat menempatkan minuman tradisional seperti sinom, beras kencur, temu lawak dan air putih yang ditulis dalam aksara Jawa (honocoroko).
Untuk menghibur diri, dipasang TV LCD 24" dan PS2. Audio, konsepnya car theater dengan head unit Kenwood 2 DIN sliding monitor, speaker depan dan belakang plus dua subwoofer Intersys 10". Power-nya Performa 6 kanal plus Blue Storm 4 kanal dan kapasitor bank Intersys 2F dan a/d/s 2F.
Dengan mengendarai Avanza hitam metalik manual ini, sang calon dokter dapat mengenang masa kecilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar